Tempuh Medan yang Sulit, Prodiakon Perempuan Sambangi Umat Disabilitas

[Ketapang, B’Inklusi] – Kepedulian terhadap umat disabilitas, ternyata tidak hanya terjadi di wilayah Pulau Jawa ataupun kawasan Jabodetabek saja. Meski masih dalam skala kecil, Gereja Santo Gabriel, Paroki Sandai, Ketapang, Kalimantan Barat dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini rutin melayani umat disabilitas.

Adalah Tan Ang Noi, perempuan yang juga bernama Antonia Anoi asal Kalimantan Barat bersama rekan-rekan sepelayanan berinisiasi membentuk Grup Kasih yang bertujuan untuk membantu umat yang lemah, sakit, dan miskin.

“Lima tahun lalu kami mulai mendata dann mengunjungi mereka. Ternyata di antara mereka yang kini berjumlah sekitar 50 orang, beberapa merupakan umat yang mengalami disabilitas. Mayoritas tunadaksa ataupun disabilitas gerak. Ada pula yang mengalami gangguan penglihatan yang berat. Karena kondisinya itu, mobilitas mereka jadi terhambat, enggak bisa pergi ke gereja,” tutur Anoi kepada BincangInklusi, Jumat (11/10).

Bela rasa Anoi pun tergugah. Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPC Paroki Sandai yang juga prodiakon itu tidak ingin hanya sekadar membagikan sembako, dana, saat bertandang, tapi ia juga ingin mengantar Hosti, lambang Komuni Kudus kepada umat disabilitas, dan yang sakit

Prodiakon Antonia Anoi membagikan Komuni kepada umat disabilitas

Medan yang Sulit

Gayung pun bersambut. Saat Anoi menyampaikan niatnya itu, Pastor Paroki Sandai langsung setuju. Secara bergantian Pastor Paroki, Pastor Vikaris, dan Anoi bertugas mengantar Komuni. “Jumlah umat di paroki ini ada sekitar 4.000 orang, tersebar di 12 stasi. Sedangkan jumlah imam amat terbatas, jadi umat awam harus turun tangan membantu imam, tentu yang kami kerjakan harus disesuaikan dengan aturan Gereja,” ungkapnya.

Akan tetapi, di Sandai, untuk bisa sampai di rumah umat disabilitas bukanlah perkara mudah. Medan jalan yang bergelombang, licin, dan beralaskan tanah menjadi sulit untuk dilalui.

Alhasil, perempuan yang seorang guru TK Santa Theresa, Sandai tersebut harus berhati-hati memilah jalan yang ditapaki. Jika matahari terik bersinar, medan jalan yang tidak rata itu dipenuhi debu. Jika hujan turun, kawasan jalan tergenang air, becek, dan tanah sepanjang jalan sebagian menggumpal.

Anoi memilih berjalan kaki menyusuri jalan tersebut. Kalaupun menggunakan sepeda motor, pengendaranya harus jeli memilah jalur, dan fokus menjaga laju keseimbangan motornya supaya tidak terjatuh. “Sebenarnya jarak dari paroki ke rumah mereka enggak jauh, hanya sekitar satu kilometer, tapi medannya itu lho yang sulit,” imbuhnya.

Paroki Sandai merupakan salah satu dari 23 paroki yang menjadi bagian dari Keuskupan Ketapang. Di provinsi Kalimantan Barat, selain Keuskupan Ketapang, terdapat tiga keuskupan lain, yakni Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, dan Keuskupan Agung Pontianak.

Bila melihat jumlah umat dan persebarannya, Anoi meyakini masih banyak umat disabilitas yang belum terlayani. Ia dan mereka yang melayani umat disabilitas di Paroki Sandai berharap semakin banyak umat disabilitas yang bisa dilayani.

Karenanya, ujar Anoi diperlukan kerja sama antara Gereja dengan umat agar pelayanan tersebut dapat meluas.

Penulis: Ignatius Herjanjam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *