Disabilitas Perlu Perhatian Khusus

[Jakarta, B’Inklusi] – Problematika sosial, ekonomi hingga budaya yang masih dialami penyandang disabilitas di tengah masyarakat menyebabkan mereka sulit mengembangkan diri.

Kondisi tersebut perlu ditangani, dengan cara memberi perhatian khusus. “Bentuk perhatian bisa berupa pendekatan psikologi, pendidikan, hingga memberikan pelatihan keterampilan agar mereka bisa berkarya atau bekerja,” tandas pemerhati disabilitas, Tommy Kondong saat ditemui BincangInklusi di Jakarta, Minggu (13/10).

Diungkapkan, hingga kini perhatian yang diterima disabilitas masih belum maksimal. “Karenanya saya berharap Bapa Uskup Keuskupan Agung Jakarta dapat menginstruksikan paroki-paroki untuk meningkatkan perhatiannya kepada umat disabilitas,” imbuh pria yang menjadi koordinator wilayah di Gereja Santo Fransiskus Asisi, Paroki Tebet, Jakarta itu.

Tommy mendukung keberadaan komunitas disabilitas di gereja serta mengapresiasi pelayanan para volunteer. “Kehadiran komunitas dapat membantu mengarahkan umat disabilitas misalnya dalam pelatihan keterampilan dan penempatan kerja. Kehadiran volunteer atau relawan mampu mengayomi dan sekaligus mendidik umat disabilitas,” ujarnya.

Pemerhati disabilitas, Tommy Kondong memberi kata sambutan di Aula Gereja Santo Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta. Foto Meri Romauli (Panitia Acara)

Ajang Berbagi

Sementara itu di Aula Paroki Tebet, usai Misa Inklusi, digelar acara ramah tamah bersama umat disabilitas. “Kalau tanggal 6 Oktober, Misa Inklusi dalam rangkaian HUT ke-58 Gereja Santo Fransiskus Asisi, Tebet. Sedangkan 13 Oktober juga ada Misa Inklusi, tapi acara ramah tamahnya untuk merayakan syukur ulang tahun Pak Tommy yang ingin berbagi sukacita pada umat disabilitas,” terang ketua panitia acara ramah tamah, Bernadetta Wiwin Listyaningsih saat dihubungi via telepon, Selasa (15/10).

Sekitar 70 orang yang terdiri dari umat disabilitas dan para relawan larut dalam acara ramah tamah tersebut. Gim atau permainan dihelat untuk menambah marak suasana. Penampilan umat disabilitas, juga umat non-disabilitas dalam bernyanyi mewarnai inklusivitas acara hari itu.

“Kami senang melihat teman-teman disabilitas bisa menikmati acara. Bingkisan, konsumsi, semuanya itu karena kemurahan hati Pak Tommy dan istrinya, Bu Loely,” tukas Wiwin yang mengajar bina iman anak berkebutuhan khusus di Jakarta dan Bogor itu.

Lebih lanjut perempuan yang berprofesi sebagai perawat itu menyatakan, kegiatan terkait disabilitas di Paroki Tebet tak terlepas dari AMARE ET SEVIRE, nama komunitas sahabat disabilitas yang dibentuknya tiga tahun lalu. “Arti nama tersebut yakni mengenal dan melayani Tuhan. Inilah yang mendasari kami saat mendampingi umat disabilitas di mana pun,” pungkasnya.

Penulis: Ignatius Herjanjam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *