Wujudkan Inklusivitas, Disabilitas Harus Bersatu

(Jakarta, B’Inklusi) – Setelah melewati berbagai masa kegelapan dan perjuangan panjang bagi kaum disabilitas, maka kini dunia disabilitas memasuki masa pencerahan. Pemerintah dan masyarakat di jaman sekarang mulai peduli akan kehadiran disabilitas. Era ini bisa menjadi titik balik bagi para disabilitas untuk berjuang demi terwujudnya kesetaraan dan inklusivitas di tengah masyarakat. “Salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk memperjuangkan inklusivitas dunia disabilitas adalah dengan menggalang persatuan dan kesatuan di antara beragam kelompok disabilitas itu sendiri,” demikian disampaikan Dr. Roy Manuel Lumanauw, M.Sc., dalam webinar yang bertajuk “Disabilitas: Sejarah, Pengaruh, dan Solusinya”, Sabtu (6/7).

Photo Bersama Webinar Sabtu, 6 Juli, dengan Topik “Disabilitas: Sejarah, Pengaruh, dan Solusinya”.

Sebagai pakar dan praktisi disabilitas yang telah menggeluti dunia disabilitas selama 12 tahun, Roy memaparkan bahwa untuk mengulik sejarah disabilitas dibutuhkan penggalian dari berbagai sudut perspektif. Konsep disabilitas itu sangat luas dan dalam bila ditilik dari sejarah. “Kita harus merunutkan setiap pandangan bangsa-bangsa dari sisi budaya, kepercayaan, mitos, dan pola pikir manusia sejak tahun 3000 Sebelum Masehi. Cakupan sejarah disorot sejak zaman Mesopotamia, Yunani, Romawi, abad pertengahan, hingga di era modern sekarang ini,” jelasnya.

“Setiap bangsa atau suku bangsa sepanjang masa memiliki dasar pemikirannya sendiri tentang kondisi disabilitas. Yang menjadi faktor penentu bagaimana seorang disabilitas diperlakukan oleh suatu bangsa adalah standar moral unik yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri pada zamannya,” lanjutnya.

Webinar yang diselenggarakan oleh Disability Care Center (DCC) tersebut bertujuan untuk memahami sejarah tentang disabilitas agar bisa membuka wawasan peserta terhadap paradigma negatif masyarakat.

“Webinar ini telah memberi banyak pengetahuan baru dan membuka wawasan saya tentang sejarah dan perkembangan isu yang terjadi seputar dunia disabilitas dari zaman ke zaman,” ungkap Eka Christian, salah satu peserta disabilitas netra asal Surabaya kepada BincangInklusi.

Selain itu, Eka juga menyampaikan harapannya agar selanjutnya dapat dilakukan upaya advokasi kepada pihak pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kesejahteraan hidup disabilitas, yaitu dengan memberikan kesempatan kerja lebih luas sesuai kompetensi atau kemampuan yang dimiliki.

Penulis: Rachel Stefanie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *