Umat Disabilitas Berhak Memperoleh Warta Keselamatan

[Jakarta, B’Inklusi] – Tak hanya umat biasa, umat disabilitas atau umat berkebutuhan khusus (UBK) juga berhak memperoleh warta keselamatan. “Agama sejati tidak hanya menjalankan peribadatan seperti doa, sembah, sujud, puasa, tapi juga harus mengupayakan keadilan. Dalam konteks ini, kita harus memberi perhatian kepada UBK,” tegas Pastor Paroki Blok B Gereja Santo Yohanes Penginjil, Aloisius Pramudya Daniswara SJ dalam Misa menutup acara Pelatihan Pendamping UBK yang berlangsung di Paroki Blok B Jakarta, Sabtu (27/7).

Di hadapan puluhan peserta pelatihan, Pastor Pramudya berharap peserta mampu berkomitmen untuk memberi perhatian bagi UBK, mengingat UBK adalah bagian dari Gereja yang berhak mendapat keadilan, memperoleh warta keselamatan.

Terkait pendampingan terhadap UBK yang dijalani baik oleh orangtua maupun volunteer, dia minta mereka dapat menjalaninya dalam bingkai rahmat. “Hadapi dan jalani tantangan juga mungkin penderitaan dalam bingkai rahmat,” ujarnya.

Sebanyak 30 peserta dari tujuh paroki turut serta dalam pelatihan yang berlangsung selama delapan pertemuan, setiap Sabtu dimulai pada 8 Juni hingga 27 Juli. Tujuh paroki tersebut, lima dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yakni Gereja Santo Leo Agung Paroki Jatiwaringin, Gereja Maria Bunda Karmel Paroki Tomang, Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga Paroki Katedral, Gereja Santa Monika Paroki Serpong, dan Paroki Blok B selaku tuan rumah. Dua paroki dari Keuskupan Bogor, Gereja Santo Mathias Paroki Cinere, dan Gereja Santa Perawan Maria Paroki Katedral.

Tina Hartono, panitia acara menyatakan pelatihan bertujuan agar para peserta memperoleh bekal pengetahuan dalam melakukan pendampingan. “Kami hadirkan pemateri yang kompeten yang paham cara mendampingi UBK. Kami kenalkan juga bahwa UBK terlepas dari keterbatasannya, namun memiliki karunia. Jadi UBK bagi kami adalah umat berkarunia khusus,” papar Tina.

Diungkapkan, komunitas UBK di Paroki Blok B sudah terbentuk sejak sembilan tahun lalu, tepatnya pada November 2015 dengan nama God’s Little Hands (GLH).

“Berawal dari kerinduan para orangtua anak berkebutuhan khusus yang ingin anaknya dapat diterima di Gereja, berdoa dan belajar bersama. Kami bersyukur saat itu Romo Herry Wijayanto sangat mendukung, begitu pun dengan romo-romo yang lain yang bertugas di paroki ini, selalu mendukung,” tukasnya.

GLH yang kini sudah bernaung di bawah Seksi Kerasulan Keluarga telah acap kali menggelar acara terkait ABK seperti penguatan orangtua ABK, pendidikan, seksualitas, sibling, hingga pengetahuan seputar hukum.

Peserta Menyampaikan Aspirasi dalam Diskusi Kelompok.

Dukungan Imam

Pada sesi pamungkas yang mengusung diskusi kelompok, terkuak aspirasi para peserta. “Mayoritas peserta berharap dukungan imam di parokinya untuk membentuk komunitas disabilitas, ataupun komunitas yang sudah ada semakin baik,” ungkap moderator acara, Maria Ari Retno Susanti.

Selain butuh dukungan imam, sambung Ari, pendataan UBK di lingkungan juga diperlukan. “Adapun peluang mendirikan komunitas UBK di paroki terbuka lebar karena belum banyak umat mau melayani UBK. Mereka bisa bekerja sama dengan dewan paroki ataupun pengurus seksi paroki, menjual hasil karya UBK, memberi bantuan keuangan, atau memberi bantuan psikologi,” jelasnya.

Baik Tina dan Ari yang sudah berpengalaman dengan menjadi pengurus GLH mengimbau agar para peserta memiliki komitmen yang teguh melayani UBK, melandaskan pelayanan atas dasar kasih dan ketulusan.

Penulis: Ignatius Herjanjam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *