[B’Inklusi] – Kunjungan apostolik Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus ke Indonesia beberapa waktu lalu menjadi momen bersejarah yang membawa dampak positif bagi seluruh umat Katolik di tanah air, termasuk sahabat disabilitas. Paus Fransiskus, yang dikenal dengan semangat inklusif dan kasih sayang terhadap semua orang, menyampaikan pesan universal bahwa setiap manusia berharga di mata Tuhan, terlepas dari keterbatasan fisik atau mental.
Salah satu momen yang paling berkesan dalam kunjungan ini adalah partisipasi seorang sahabat tunanetra bernama Bernadus Dustin, yang diberi kehormatan untuk membaca Firman Tuhan pada Misa Akbar yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Keterlibatan Dustin dalam tugas liturgi menjadi simbol konkret bagaimana Gereja Katolik semakin membuka diri dan melibatkan sahabat disabilitas dalam pelayanan dan aktivitas Gereja.
Namun, tidak hanya sahabat Katolik yang merasakan dampak batin dan emosional dari kunjungan ini. Caroline Sihombing, seorang tunanetra non-Katolik yang tergabung dalam Kor Disabilitas Laetitia, mendapat kesempatan istimewa untuk bertemu dan bersalaman langsung dengan Paus Fransiskus di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Pengalaman ini menyentuh hati Caroline secara mendalam.
Ia mengungkapkan, “Saya sendiri merasa bingung kenapa kok hati saya tiba-tiba saja merasa terharu, saat berada begitu dekat dengan Bapa Paus, padahal saya bukan Katolik. Mungkin aura ketulusan dan cinta beliau begitu kuat sampai mampu menembus hati saya yang paling dalam. Benar-benar momen yang tak bisa saya lupakan.”
Tak hanya itu, saat menerima kenang-kenangan dari Vatikan berupa Rosario, Karolin mengungkapkan dengan suara yang masih bergetar penuh haru. “Biasanya saya kalau dapat Rosario, saya pasti akan langsung kasih ke teman saya yang Katolik. Tapi untuk kali ini, Rosario yang dikasih Paus mau saya simpan sebagai kenangan yang sangat berharga.”
Gereja yang Merangkul
Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus semakin menekankan pentingnya inklusivitas. Dalam berbagai kesempatan, Paus sering kali menyampaikan bahwa Gereja adalah rumah bagi semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik dan mental. Keterlibatan sahabat disabilitas dalam berbagai tugas Gereja, seperti yang dialami Dustin, menunjukkan bahwa mereka juga memiliki peran penting dalam komunitas iman.
Momen Dustin membacakan Firman Tuhan di depan ribuan umat di GBK menjadi bukti nyata bagaimana Gereja memberikan ruang bagi mereka yang memiliki keterbatasan untuk ambil bagian secara aktif dalam pelayanan liturgi. Tidak hanya sebagai penerima, sahabat disabilitas juga menjadi pelayan di altar, menunjukkan bahwa mereka memiliki tempat dan peran yang penting dalam perayaan Ekaristi Kudus.
Kehadiran sahabat disabilitas non-Katolik seperti Caroline di acara-acara ini juga menjadi cerminan bahwa pesan cinta dan inklusivitas Paus Fransiskus melampaui batas-batas agama. Momen seperti ini memperlihatkan bagaimana Gereja dan masyarakat dapat merangkul keberagaman tanpa memandang perbedaan keyakinan.
Dampak bagi Disabilitas
Bagi sahabat disabilitas, momen ini tentu memberikan dampak yang mendalam. Keterlibatan dalam tugas-tugas penting seperti membaca Firman Tuhan di acara sebesar Misa Akbar adalah sebuah pengakuan atas kemampuan dan martabat mereka. Ini membantu memperkuat rasa percaya diri, memberikan rasa dihargai, dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bukan sekadar objek belas kasihan, tetapi subjek aktif dalam hidup rohani dan sosial.
Dustin, dengan segala keterbatasan fisiknya, menjadi contoh nyata bagi sahabat disabilitas lainnya bahwa mereka memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan beragama. Tindakan Gereja yang melibatkan sahabat disabilitas dalam peran-peran penting juga memberikan dorongan bagi masyarakat luas untuk semakin menghargai dan merangkul keberagaman yang ada.
Sementara itu, bagi Caroline, pengalaman langsung bertemu Paus Fransiskus membawa kesan yang tidak akan terlupakan. Walaupun ia bukan Katolik, pertemuan ini meninggalkan dampak spiritual yang mendalam, menggarisbawahi pesan Paus tentang kasih yang universal.
Harapan Baru
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dan momen-momen inklusif seperti yang dialami Dustin dan Caroline memberi harapan baru bagi sahabat disabilitas di seluruh dunia. Ini juga menjadi pengingat bagi seluruh komunitas Kristiani di Indonesia bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam tubuh Kristus, tanpa memandang keterbatasan mereka.
Diharapkan, setelah kunjungan ini, keterlibatan sahabat disabilitas dalam Gereja akan semakin meluas, bukan hanya dalam tugas-tugas liturgi tetapi juga dalam pelayanan lainnya, seperti kegiatan sosial, pastoral, dan pendidikan. Gereja diharapkan terus mengedepankan inklusivitas, menciptakan lingkungan yang benar-benar ramah bagi semua orang, termasuk sahabat disabilitas.
Dengan demikian, kunjungan apostolik Paus Fransiskus ini tidak hanya membawa pesan kasih dan kedamaian, tetapi juga pesan kuat tentang inklusivitas dan penghargaan terhadap martabat setiap individu, terutama sahabat disabilitas yang sering kali kurang mendapatkan perhatian.
Penulis: Rachel Stefanie